Apa yang cari dalam hidup ini? Harta berlimpah, kekuasaan tak terbatas,
ataupun wanita cantik yang mengelilingi dan menghiasi hari – hari?
Sesungguhnya, semua yang telah disebutkan adalah hal yang bersifat material,
hal yang tidak bersifat kekal, dan yang terutama, hal yang akan hilang, musnah
tak berbekas seiring berjalannya waktu.
Dalam hidup ini ternyata ada satu hal yang tak lekang dimakan jaman,
yang ternyata mampu memberikan kebahagiaan yang kekal. Hal ini sesungguhnya
telah ada sejak masa lampau, namun sering kali setiap orang terlambat
menyadarinya, atau bahkan tak tersadarkan akan keberadaannya.
Demikian pula dengan diri ini, terlambat menyadari bahwa hal itu adalah
cinta. Diri ini terlambat untuk menyadari bahwa cinta itu adalah hal yang memberikan
kebahagiaan dalam hidup hingga kemudian ketika sadar, cinta itu telah pergi
meninggalkan diri. Diri ini terlalu sombong dan terlalu percaya diri sehingga
menganggap bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas dasar usaha sendiri,
karena dirinya memang membutuhkan diri ini dan yakin sekali bahwa tanpa diri
ini, dirinya tidak akan berarti.
Diri ini lupa, kesombongan hanya akan mendatangkan kegagalan dan tidak
akan memberikan kesuksesan, apalagi kepercayaan. Diri ini lupa, bahwa yang
menjadikan semuanya yang mustahil menjadi masuk akal dan bahkan kenyataan
adalah sesuatu yang disebut sebagai cinta. Diri ini pun akhirnya menjadi lemah
dan tak berdaya tanpa keberadaan cinta tersebut, dan berusaha menggapai apapun
yang sebelumnya begitu yakin digenggam.
Seperti apakah cinta? Siapakah cinta? Yang paling sederhana, cinta itu
adalah guci porcelain dalam perangkat rumah. Untuk memperolehnya, harganya
sangat tinggi, namun karena karena materialnya begitu halus, perawatannya pun
harus sangat berhati – hati karena kelalaian sedikit akan mengakibatkan
pecahnya guci porcelain tersebut dan pecahan – pecahan tersebut tidak akan
memberikan nilai yang sama apabila berusaha untuk direkatkan kembali.
Lagipula, tidak semua rumah memiliki cukup ruang untuk memiliki guci dari
porcelain dalam suatu ukuran yang sama atau serupa. Tiap rumah akan memiliki
ukuran tersendiri sesuai dengan kemampuan. Apakah ukuran kemampuan tersebut? Ada
banyak hal, dari yang paling sederhana seperti kerendahan hati hingga yang
paling sukar, kepercayaan.
Sekarang semua tulisan diri ini menjadi sia-sia karena guci porcelain
yang telah menjadi pecahan tersebut bahkan tidak dapat disatukan kembali.
Banyak pecahan yang hilang, dan banyak ukuran yang tidak lagi mendukung.
Salahlah diri ini karena mengawali segalanya dengan kepercayaan diri berlebih.
Salahlah diri ini karena percaya bahwa segala usaha adalah mungkin karena diri
sendiri. Yang paling fatal, salahlah diri ini karena membuat suatu keyakinan
bahwa diri ini adalah bagian mutlak tak terpisahkan dari dirinya.
Penyesalan memang datang terlambat dan kadang sukar terucap maupun
terbersit ketika berpikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar